A : apa yang kau suka dari lelaki itu?
B : matanya, tidak pernah aku melihat yang seperti itu.
A : tapi masih banyak yang lebih baik dari matanya. dia hanya terlihat sedih dengan mata yang seperti itu.
B : biarlah, aku tidak tahu apa yang membuatku terus membayangkan dirinnya. membayangkan dia bercakap cakap denganku. bercerita tentang beberapa hal. seperti suatu malam, ketika kami pertama bertemu.
A : apa yang kau suka dari percakapan kalian?
B : bukan, tapi senyumnya. dia selalu tersenyum saat aku melontarkan lelucon ringan. entahlah, saat itu aku melambung.
A : bagaimana dengan wanitanya?
B : aku tidak tahu, memang sepertinya dia tidak punya kekasih .tapi..
A : tapi?
B : aku tahu dia menyukai seorang wanita. dan mungkin perasaannya sudah mendalam.
A : lalu kau?
B : jangan bercanda! aku tidak lebih dari gadis bodoh yang hanya bisa membuatnya tersenyum geli karena kebodohanku. dan itu sama sekali tidak anggun.
A : memangnya kau tahu wanita mana yang disukainya?
B : aku pikir aku tahu. aku pernah bertemu dengannya sekali. dan dia anggun, sangat perempuan. pantas lah untuk lelaki itu. kalau mereka disandingkan mungkin serasi.
A : bagaimana kau tahu kalau itu adalah wanitanya?
B : entahlah. aku pernah-dengan-bodoh bertanya padanya, siapa wanita itu. dan dia hanya menjawab "cuma sahabatku". tapi aku menafsirkannya berbeda. karena aku membaca sesuatu yang pernah ditulisnya..
A : apa itu?
B : intinya, dia berharap datang lebih awal. untuk memiliki seseorang. dan itu jelas jelas bukan aku. aku sendiri sekarang. tidak mungkin dia berharap bertemu denganku lebih awal. sama sekali bukan.
dan aku pernah mendengar perbincangannya dengan seorang teman, dia membicarakan wanita tadi. dia bilang, wanita itu adalah kekasih sahabatnya. sepertinya hipotesisku benar. dan aku tumbang.
A : lalu kenapa kau masih mengiriminya pesan singkat?
B : aku hanya ingin memulai sebuah perbicangan dengannya, seperti saat itu.
A : saat kapan?
B : saat sebelum aku melakukan kebodohan..
A : apa?
B : saat itu aku kalap. karena melihatnya berakrab akrab ria dengan wanita yang kita bicarakan tadi -makin kuat hipotesisku- lalu aku menyakan padanya. seperti yang aku ceritakan tadi.
ditambah aku langsung mengaku bahwa aku sempat menyukainya. dan responnya sangat sangat datar. sejak itu dia seperti menjauhiku.
A : sebelumnya bagaimana cara dia menanggapimu?
B : yah, cukup ceria. balik bertanya. memakai emoticon senyum...
A : apa kau tetap menyukainya saat ini?
B : tidak tahu .tapi aku berdebar debar saat melihatnya. saat menatap mata sayu itu.
A : kau berharap?
B : TIDAK! mungkin aku akan tetap menjadi sosok yang diam dian mengaguminya dari belakang. aku akan sembunyikan hal ini dengan rapi.
A : bodoh! kalau seperti itu kau akan sakit!
B : biarlah, nanti aku juga akan bosan. aku tahu, aku faham. dia tidak akan menoleh sedikitpun kepada wanita sepertiku. saat ini aku hanya bisa membuatnya nyaman denganku. bukan berharap terlalu tinggi. masih bisa bercanda dengannya itu sudah merupakan hal yang baik. aku tidak mau membuatnya gusar karena kehadiranku. tapi sejujurnya, aku sangat sangat berharap dia membalas rasaku...
kotakdiotak
Rabu, 07 September 2011
Selasa, 06 September 2011
that should be me
that should be me, holding your hand....
that shold be me, making you laugh..
that should be me, this is so sad...
that should be me, that should be me..
that should be me, feeling your kiss..
this is so wrong, i can't go on
till you believe, that should be me....
Sabtu, 03 September 2011
Aku Ingin - Sapardi Djoko Damono
aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu
aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
Aku Tengah Menantimu - Sapardi Djoko Damono
Aku tengah menantimu, mengejang bunga randu alas
Di pucuk kemarau yang mulai gundul itu
Berapa juni saja menguncup dalam diriku dan kemudian layu
Yang telah hati-hati kucatat, tapi diam-diam terlepas
Awan-awan kecil melintas di atas jembatan itu, aku menantimu
Musim telah mengembun di antara bulu-bulu mataku
Kudengar berulang suara gelombang udara memecah
Nafsu dan gairah telanjang di sini, bintang-bintang gelisah
Telah rontok kemarau-kemarau yang tipis; ada yang mendadak
Sepi
Di tengah riuh bunga randu alas dan kembang turi aku pun
Menanti
Barangkali semakin jarang awan-awan melintas di sana
Dan tak ada, kau pun, yang merasa ditunggu begitu lama
Di pucuk kemarau yang mulai gundul itu
Berapa juni saja menguncup dalam diriku dan kemudian layu
Yang telah hati-hati kucatat, tapi diam-diam terlepas
Awan-awan kecil melintas di atas jembatan itu, aku menantimu
Musim telah mengembun di antara bulu-bulu mataku
Kudengar berulang suara gelombang udara memecah
Nafsu dan gairah telanjang di sini, bintang-bintang gelisah
Telah rontok kemarau-kemarau yang tipis; ada yang mendadak
Sepi
Di tengah riuh bunga randu alas dan kembang turi aku pun
Menanti
Barangkali semakin jarang awan-awan melintas di sana
Dan tak ada, kau pun, yang merasa ditunggu begitu lama
pertemuan
lihat aku kala itu
rasanya aku bergetar menatapmu, entah padahal itu pertama
bukan jabat tangan, aku cuma tersenyum kepadamu
menatapmu sendu, entah padahal baru pertama
senyummu, seperti sesuatu yang sulit dijelaskan
tatapanmu seperti perintah, 'jangan berbalik!'
aku tau itu, entahlah padahal baru pertama
pertemuan singkat, disuatu malam
pertemuanku dan kamu
pertemuan yang sebelumnya hanya saling balas percakapan
percakapan maya
perasaan itu, saat bertemu dengan dirimu
sulit sekali dijelaskan
aku tidak tau, entahlah padahal baru pertama
rasanya aku bergetar menatapmu, entah padahal itu pertama
bukan jabat tangan, aku cuma tersenyum kepadamu
menatapmu sendu, entah padahal baru pertama
senyummu, seperti sesuatu yang sulit dijelaskan
tatapanmu seperti perintah, 'jangan berbalik!'
aku tau itu, entahlah padahal baru pertama
pertemuan singkat, disuatu malam
pertemuanku dan kamu
pertemuan yang sebelumnya hanya saling balas percakapan
percakapan maya
perasaan itu, saat bertemu dengan dirimu
sulit sekali dijelaskan
aku tidak tau, entahlah padahal baru pertama
:)
selamat datang di blog baru saya yang masih sederhana benget :D
semoga postingannya bermanfaat :)
semoga postingannya bermanfaat :)
Senin, 29 Agustus 2011
kata kata Soe Hok Gie
- Pertanyaan pertama yang harus kita jawab adalah: Who am I? Saya telah menjawab bahwa saya adalah seorang intelektual yang tidak mengejar kuasa tapi seorang yang ingin mencanangkan kebenaran. Dan saya bersedia menghadapi ketidak-populeran, karena ada suatu yang lebih besar: kebenaran.
- Bagiku sendiri politik adalah barang yang paling kotor. Lumpur-lumpur yang kotor. Tapi suatu saat di mana kita tidak dapat menghindari diri lagi, maka terjunlah.
- Guru yang tak tahan kritik boleh masuk keranjang sampah. Guru bukan Dewa dan selalu benar, dan murid bukan kerbau.
- Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda.
- Saya memutuskan bahwa saya akan bertahan dengan prinsip-prinsip saya. Lebih baik diasingkan daripada menyerah terhadap kemunafikan.
- Saya ingin melihat mahasiswa-mahasiswa, jika sekiranya ia mengambil keputusan yang mempunyai arti politis, walau bagaimana kecilnya, selalu didasarkan atas prinsip-prinsip yang dewasa. Mereka yang berani menyatakan benar sebagai kebenaran, dan salah sebagai kesalahan. Dan tidak menerapkan kebenaran atas dasar agama, ormas, atau golongan apapun.
- Masih terlalu banyak mahasiswa yang bermental sok kuasa. Merintih kalau ditekan, tetapi menindas kalau berkuasa. Mementingkan golongan, ormas, teman seideologi dan lain-lain. Setiap tahun datang adik-adik saya dari sekolah menengah. Mereka akan jadi korban-korban baru untuk ditipu oleh tokoh-tokoh mahasiswa semacam tadi.
- Sejarah dunia adalah sejarah pemerasan. Apakah tanpa pemerasan sejarah tidak ada? Apakah tanpa kesedihan, tanpa pengkhianatan, sejarah tidak akan lahir?
- Bagiku perjuangan harus tetap ada. Usaha penghapusan terhadap kedegilan, terhadap pengkhianatan, terhadap segala-gala yang non humanis…
- Kita seolah-olah merayakan demokrasi, tetapi memotong lidah orang-orang yang berani menyatakan pendapat mereka yang merugikan pemerintah.
- Bagi saya KEBENARAN biarpun bagaimana sakitnya lebih baik daripada kemunafikan. Dan kita tak usah merasa malu dengan kekurangan-kekurangan kita.
- Potonglah kaki tangan seseorang lalu masukkan di tempat 2 x 3 meter dan berilah kebebasan padanya. Inilah kemerdekaan pers di Indonesia.
- To be a human is to be destroyed.
- Saya tak mau jadi pohon bambu, saya mau jadi pohon oak yang berani menentang angin.
- Saya putuskan bahwa saya akan demonstrasi. Karena mendiamkan kesalahan adalah kejahatan.
- I’m not an idealist anymore, I’m a bitter realist.
- Saya kira saya tak bisa lagi menangis karena sedih. Hanya kemarahan yang membuat saya keluar air mata.
- Bagiku ada sesuatu yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan: dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan.
- Saya tak tahu mengapa, Saya merasa agak melankolik malam ini. Saya melihat lampu-lampu kerucut dan arus lalu lintas jakarta dengan warna-warna baru. Seolah-olah semuanya diterjemahkan dalam satu kombinasi wajah kemanusiaan. Semuanya terasa mesra tapi kosong. Seolah-olah saya merasa diri saya yang lepas dan bayangan-bayangan yang ada menjadi puitis sekali di jalan-jalan. Perasaan sayang yang amat kuat menguasai saya. Saya ingin memberikan sesuatu rasa cinta pada manusia, pada anjing-anjing di jalanan, pada semua-muanya.
- Tak ada lagi rasa benci pada siapapun. Agama apapun, ras apapun dan bangsa apapun. Dan melupakan perang dan kebencian. Dan hanya sibuk dengan pembangunan dunia yang lebih baik.
Langganan:
Postingan (Atom)